rumah gede Tanjung Pandan, Belitung

to

Kamis, Mei 07, 2009

Tukar Nasib


Acara di salah satu TV swasta menarik perhatian saya, yaitu acara:
Tukar Nasib.

Keluarga kaya berperan menjadi keluarga miskin, sedang keluarga miskin berperan menjadi keluarga kaya. Kedua keluarga ini sama-sama surprise melihat apa yang akan mereka perankan.
Yang kaya merasa ini akan berat untuk berperan miskin dengan segala kehidupan dan pekerjaannya yang amat berbeda. Rumah yang sederhana, tidak ber ac, tidur di atas tikar, banyak nyamuk. Sibapak harus jualan mainan anak di muka sekolah, si ibu jualan kue pancong, sedang anak-anak mereka membantu orangtuanya. Makan tahu-tempe seadanya. WC kotor dan bau. Wah cobaan berat buat mereka. Ditambah mereka tidak boleh membawa apapun dari rumah mereka. Tidak ada HP, tidak ada mobil, tidak ada perhiasan dan anak-anaknya tidak boleh membawa mainan kesayangan, dsbnya.

Sebaliknya bagi yang miskin terperangah dengan lifestylenya si kaya.
Hidup mewah, makan enak , semua fasilitas tersedia, kamar ber ac. tidak ada nyamuk, tidak gerah, tidur di atas kasur empuk, kemana-mana naik mobil ber ac, pakaian bagus, makan enak, minuman tinggal ambil di kulkas. Benar-benar menikmati hidup. Surga dunia...

Tapi ini semua sementara, semua pasti ada akhirnya.
Inilah hidup yang sedang kita jalani di dunia yang fana ini. Ceritanya tidak beda dengan acara TV itu, Tukar Nasib.
Hidup kita di dunia, yang miskin dan yang kaya, sedang kita perankan.
Begitu juga yang sakit, susah, mendapat musibah dlsbnya semua peran di dunia.
Yang kaya, yang senang, yang mendapat rezeki banyak, yang punya anak banyak, yang hidup enak, itu juga peran di dunia.

Kehidupan yang hakiki adalah di akhirat, apa hidup kita senang di surga atau susah di neraka.
Semua itu adalah hasil peran kita di dunia.
Peran susah atau senang tapi dijalankan dengan baik dan benar menurut agama, insya Allah akan hidup senang di surga.
Dan peran susah atau senang tapi dijalankan dengan tidak sabar, banyak kerusakan dan pelanggaran agama, tentu akan hidup di akhiratnya susah di neraka. Na'udzubillah min dzalik.

Sebenarnya peran yang kita mainkan itu tidak lama, pasti ada akhirnya.
Kalau kita sadar bahwa ini cuma peran sementara, yang miskin akan disabar-sabarkan dengan kesusahannya, dan yang senang akan memanfaatkan kesenangannya dengan banyak berbuat baik dan berbagi kebahagiaan dengan banyak orang yang kekurangan.
Kedua peran ini ditambah dengan banyak bersyukur dan beribadah pada Allah SWT.

Istilahnya apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai nanti.
Maka sadarlah dengan peran kita, yang susah jangan putus asa, yang senang jangan sombong.
Semua milik Allah Yang Maha Kuasa, tempat kita akan kembali.

Mudah-mudahan pemikiran yang sederhana ini masih ada manfaatnya bagi kita semua.
Amiin.
(Home)

0 komentar:

Posting Komentar